Rabu, 23 April 2008

Kesalahan Berbahasa

Pengantar

Seseorang dapat dikatakan terampil berbahasa, apabila telah mampu menguasai dan mempraktikkan empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat aspek tersebut adalah 1) keterampilan menyimak, 2) keterampialan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan 4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut menjadi tujuan penting dalam pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi.

Keterampilan menulis merupakan aspek penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Melalui kemampuan menulis, siswa dapat menuangkan gagasan dan ide yang dimilikinya. Dalam menuangkan ide dan gagasannya, siswa dapat menuangkannya dalam berbagai bentuk tulisan, baik berupa tulisan fiksi seperti cerpen, novel, dongeng, dan karya fiksi yang lain maupun karya tulis nonfiksi seperti tulisan deskriptif, narasi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi.

Bahasa yang digunakan dalam proses menulis seharusnya menggunakan bahasa yang baik dan benar. Karena dengan bahasa yang baik dan benar, sebuah gagasan ataupun ide yang akan disampaikan akan tertangkap jelas maksudnya. Namun pada kenyataannya, siswa sering menggunakan bahasa yang tidak benar, banyak penggunaan bahasa yang asal-asalan, bahasa tidak resmi, dan juga pada hal penggunaan ejaan yang sering diabaikan. Sebagai buktinya, banyak kesalahan berbahasa dalam penulisan karya tulis ilmiah oleh siswa

Para mahasiswa maupun dosen yang tataran ilmu kebahasaannya dianggap lebih tinggi pun masih sering melakukan kesalahan.Kesalahan-kesalahan tersebut wajar, namun perlu diatasi agar tidak menjadi sesuatu yang terus menerus menjadi suatu kesalahan. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama baik sebagai pengguna bahasa maupun sebagai pembelajar bahasa. Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita menjunjung tinggi nama negara dengan cara menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah bahasa yang benar, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam semua aspek kehidupan.

Apakah Kaidah Berbahasa Indonesia Memprihatinkan?

[JAKARTA] Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik dewasa ini memprihatinkan. Sebab, bahasa yang digunakan menunjukkan ketidakteraturan tata bahasa, padahal keteraturan pemakaian bahasa di ruang publik merupakan pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat.

"Ketidakteraturan pemakaian bahasa di ruang publik itu mencerminkan ketidakpahaman tata bahasa penuturnya," kata Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono, saat memberikan keterangan seputar persiapan ulang tahun ke-35 Majelis Bahasa Brunei, Indonesia, dan Malaysia (Mabbim), di Jakarta, Kamis (3/4).

Dia mengemukakan, seharusnya penggunaan bahasa di ruang publik mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Apalagi, katanya, bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa.

"Dalam era globalisasi ini ada kecenderungan bahasa asing lebih ditonjolkan daripada bahasa nasional. Padahal, bahasa Indonesia yang benar yang harus lebih ditonjolkan," katanya.

Dalam HUT Mabbim kali ini, lanjutnya, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dipertegas kembali. Selain itu, katanya, akan ada pemberian sejumlah penghargaan dalam bidang sastra antara lain penulis novel Ayat-ayat Cinta, Habiburahman El Shirazy.

Selain itu, Ayu Utami juga akan menerima penghargaan Maestra, karena dianggap telah membina dan mengembangkan kesusasteraan di Indonesia dan di kawasan ASEAN.

Selain itu, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo juga menerima penghargaan Anugerah Kencana Wiratama. [W-12]

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 4 April 2008

Tanggapan

Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengemabangan bahasa pada dasarnya memang wilayah publik yang secara langsung berpengaruh terhadap masyarakat. Bila publik disadari sebagai stimulus perkembangan bahasa, sudah sepantasnya publik menampilkan keberbahasan yang teratur.

Salah satu ketidakteraturan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang sering terjadi adalah penggunaan bahasa asing yang terlalu berlebihan di ruang publik. Hal itu dapat kita buktikan ketika masuk dalam sebuah mal. Ketika kaki kita menginjak pada pintu masuk sudah terdapat kata open, begitu juga dengan ketika keluar terdapat kata exit. Bila dicermati dari letak mal dan pengunjung mal, penggunaan bahasa asing tersebut kurang dapat berterima secara rasional dari sudut kegunaan bahasa. Mal tersebut berada di lingkungan yang mayoritas pengunjungnya berbahasa Indonesia. Bila memang ada pengunjung asing, itu pun masih berada dalam tataran minoritas.

penggunaan bahasa asing tersebut seharusnya tidak perlu terlalu berlebihan. Dalam ruang publik, seharusnya yang ditekankan tetap menggunakan bahasa Indonesia. Open tetap buka, sedangkan exit tetap keluar. Bagaimana dengan pendatang asing? Bukankah kita juga harus melayani orang asing dengan profesional sehingga kesan terhadap Indonesia tetap melayani dengan baik bagi orang asing? Keprofesionalan dalam menerima orang asing tidak perlu menggunakan bahasa mereka. Justru bahasa Indonesia digunakan untuk menunjukkan keprofesioanalan untuk menunjukkan budaya bangsa.

Ketika bahasa asing telah dihapus dalam ruang publik dan digantikan dengan bahasa Indonesia, strategi inilah yang memberikan peluang untuk mengenalkan bahasa Indonesia yang memiliki keteraturan sehingga akan menarik minat orang asing untuk lebih meyakini dan mendalami bahasa Indonesia.

Permasalahan ketidakteraturan penggunaan bahasa Indonesia dalam ruang publik sebenarnya tidak sekadar permasalahan terancamnya kerusakan bahasa bangsa dari tataran linguistik. Akan tetapi, ketidakteraturan tersebut lebih menyebabkan permasalahan global mengenai budaya bangsa yang mulai tercerabut dari otentitasnya. Ketika bahasa tidak teratur, kebudayaan bangsa pun tidak akan teratur. Bukankah Konfisius juga menyatakan keteraturan bahasa akan menjadikan keteraturan rakyat dalam berbudaya?

Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang memunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 1988:141). Hal itu dapat diketahui bahwa kesalahan adalah penyimpangan norma-norma bahasa yang telah ditetapkan dalam penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa ini dapat dilakukan oleh siapa saja.

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran bahasa kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa oleh siswa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.

Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan (Anakes) adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan, pengklasifikasian berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis dalam Tarigan, 988:68).

Objek yang lebih khusus dipelajari adalah kesalahan yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, dan tata makna. Anakes dititikberatkan pada ragam bahasa formal, seperti bahasa yang digunakan guru dan murid, baik lisan maupun tulisan dalam pembelajaran.

Berikut ini beberapa contoh kesalahan penggunaan bahasa serta perbaikan dan penjelasannya.

Kalimat tanpa subjek

1. Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.

2. Menurut dokter itu mengatakan bahhwa kakinyamasih dapat sembuh.
Kalimat (1a) tidak memiliki subjek sehingga tidak jelas siapa yang mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan. Kalimat itu tidak baku karena ada kata depan sejak di depan naiknya Megawati ke panggung politik (yang mungkin dimaksudkan sebagai subjek oleh penulisnya). Kata depan sejak merupakan penanda keterangan waktu.Kehadiran kata menurut pada kalimat (1b) mengakibatkan kalimat itu menjadi tidak baku. Dengan hadirnya kata itu mengakibatkan kalimat tidak bersubjek.

Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.

1a. Naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.

2a. dokter itu mengatakan bahhwa kakinya masih dapat sembuh.

Penggunaan dua kata penghubung

3. Biarpun hari sudah gelap, akan tetapi mereka masih sibuk di sawah.

4. Betapapun tidak mendapat imbalan yang banyak, namun ia tetap melakukannya.
Kalimat (3) dan (4) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat (3) mempunyai anak kalimat Biarpun hari sudah gelap dan induk kalimatnya mereka masih sibuk di sawah. Namun kalimat tersebut tidak baku karena dalam sebuah kalimat tidak boleh ada dua kata penghubung. Kalimat (3) terdapat kata penghubung biarpun dan akan tetapi, sedangkan pada kalimat (4) menggunakan kata penghubung betapapun dan namun.

Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.

3a. Biarpun hari sudah gelap, mereka masih sibuk di sawah.

4a. Betapapun tidak mendapat imbalan yang banyak, ia tetap melakukannya.

Pemborosan penggunaan kata (kata di mana)

5. Ia mengaku masih bujang dengan menunjukkan selembar surat dari kelurahan di mana ia tinggal.

Bentuk (7) merupakan kalimat tunggal. Subjeknya ialah ia, predikatnya ialah mengaku, pelengkapnya ialah masih bujang, dan keterangannya ialah dengan menunjukkan selembar surat dari kelurahan tempat tinggalnya. Karena mengandung bentuk di mana yang penggunaannya tidak tepat, kalimat (7) tidak baku.

Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.

5a. Ia mengaku masih bujang dengan menunjukkan selembar surat dari kelurahan tempat tinggalnya.

Pemborosan kata daripada

6. Peta itu merupakan bagian daripada Kabupaten Gresik.

Seharusnya, kalimat (6) tidak menggunakan daripada karena kata daripada memiliki makna ‘perbandingan’. Perbaikan kalimat tersebut adalah

6a.Peta itu merupakan bagian daripada Kabupaten Gresik.

Pemborosan pemakaian daripada sudah mencapai stadium empat. Sedikit sedikit daripada. Sebentar sebentar daripada. Kata ini muncul menembus dalam setiap kalimat yang tidak selalu berkaitan dengan makna 'perbandingan'. Misalnya kutipan pernyataan mantan Presiden Soeharto (7) berikut. Hitung sendiri berapa kali daripada muncul.

7. Kita mesti melestariken daripada kehidupan koperasi ... daripada petani dan nelayan ini. Untuk itu, ... beberapa hal daripada kelestarian KUD ini harus diperhatikan. Misalnya ... bagaimana daripada permodalannya, ... bagaimana daripada kedisiplinan dan ketertiban daripada pengurusnya, ... juga yang penting adalah ... apakah KUD ini sudah menyediakan daripada kebutuhan pokok anggota daripada KUD di desa ini.

Sama halnya dengan pemborosan kata di atas, kita sering menjumpai pemborosan kata, antara lain pemborosan kata dalam dan di dalam, kata kepada, kata dari, dan kata maka. Berikut contoh kesalahan pemborosan kata tersebut.

- Dalam masyarakat Jawa pun mengenal tradiri semacam itu.

- Di dalam rapat kemarin memutuskan sumbangan wajib setiap anggota.

- Kepada hadirin dimohon berdiri.

- Dari hasil penyelidikan laboratorium criminal menunjukkan bahwa pelaku tindak kejahatan itu seorang wanita,

- Maka dengan ini kami haturkan data seorang ibu dari Kelurahan Kotabaru

Pelesapan Awalan me- atau meN-, ber-, dan di-

8. Engkau harus hati-hati jika bertemu dengan dia.

9. Iran akan ratakan Bagdad dengan rudal.

10. Dua orang pemulung hukum dua tahun.

Kalimat (7), (8), dan (9) adalah salah dan tidak baku.Bentuk (7) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Induk kalimatnya ialah Engkau harus hati-hati dan anak kalimatnya ialah jika bertemu dengan dia. Anak kalimat berfungsi sebagai keterangan. Karena kata kerja hati-hati tidak berawalan ber-, kalimat (7) salah atau tidak baku. Demikian halnya dengan kalimat (8) dan (9), kata kerja ratakan dan hokum seharusnya menjadi meratakan dan dihukum.

Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.

7a. Engkau harus berhati-hati jika bertemu dengan dia.

8a. Iran akan meratakan Bagdad dengan rudal.

9a. Dua orang pemulung dihukum dua tahun.

Pelesapan Akhiran –kan dan –i

Kalimat yang salah:

11. Lapor kejadian itu!

12. Kita menanti hubungan dengan Jakarta.

Kalimat yang benar:

10a. Laporkan kejadian itu!

11a. Kita menanti hubungan dengan Jakarta.

Penggunaan Kata Bahasa jawa dan Ragam Tidak Baku

12. di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton lelembut.

13. Ia barusan datang

Kata lelembut pada bentuk (12) merupakan dari kata bahasa jawa. Kata yang dipakai agar kalimat tersebut baku adalah roh halus. Kata barusan pada bentuk (13) merupakan ragam tidak resmi dan lazim digunakan dalam situasi tidak resmi.oleh karena itu, kalimat (12) dan (13) tidak baku.

Penggunaan Frasa yang Bermakna Jamak Ganda

14. Para hadirin dimohon berdiri.

15. Dia mengundang beberapa tokoh-tokoh untuk berembuk.

Bentuk para dan beberapa sudah mengandung pengertian jamak. Jadi, bentuk para hadirin dan beberapa tokoh-tokoh mengandung pengertian jamak ganda. Kaliamat (14) dan (15) tidak baku. Kalimat yang benar adalah:

14a. Hadirin dimohon berdiri.

15a. Dia mengundang eberapa tokoh untuk berembuk.

Bentuk yang mubazir (pleonasme)

pleonasme yakni penggunaan kata-kata yang lebih dari yang diperlukan. Bentuk yang mubazir itu, bila dihilangkan salah satu unsurnya, maknanya tetap utuh. Berikut sejumlah contoh pleonasme.

16. Lembaga ini didirikan hanya untuk mengantisipasi kerusuhan Mei saja.

Perbaikan:

16a. Lembaga ini didirikan hanya untuk mengantisipasi kerusuhan Mei.
16b. Lembaga ini didirikan untuk mengantisipasi kerusuhan Mei saja?

17. Banyak orang-orang menunggu bus di tepi jalan.
Perbaikan:
17a. Banyak orang menunggu bus di tepi jalan.
17b. Orang-orang menunggu bus di tepi jalan.

18. Gadis itu sangat cantik sekali.
Perbaikan:
18a. Gadis itu sangat cantik.
18b. Gadis itu cantik sekali.

19. Para hadirin dipersilakan masuk.

Perbaikan:
19a. Hadirin dipersilakan masuk.

20. Pabrik-pabrik yang besar-besar telah dibangun di negara itu.
Perbaikan:
20a. Pabrik yang besar-besar telah dibangun di negara itu.

21. Sejumlah guru-guru dari Cirebon berunjuk rasa di DPR.
Perbaikan:
21a. Sejumlah guru dari Cirebon berunjuk rasa di DPR.

22. Masalah-masalah yang pelik-pelik sudah dibicarakan oleh peserta kongres.
Perbaikan:
22a. Masalah yang pelik-pelik sudah dibicarakan oleh peserta kongres.

23. Tentara dan gerilyawan saling tembak-menembak di tepi hutan.
Perbaikan:
23a. Tentara dan gerilyawan saling menembak di tepi hutan.
23b. Tentara dan gerilyawan tembak-menembak di tepi hutan.

24. Bahasa adalah merupakan sarana komunikasi yang sangat penting.
Perbaikan:
24a. Bahasa adalah sarana komunikasi yang sangat penting.
24b. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting.

25. Kita harus menjaga kebersihan agar supaya terhindar dari penyakit.
Perbaikan:
25a. Kita harus menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit.
25b. Kita harus menjaga kebersihan supaya terhindar dari penyakit.

26. Semua itu dilakukan demi untuk masa depannya.
Perbaikan:

26a. Semua itu dilakukan demi masa depannya.

26b. Semua itu dilakukan untuk masa depannya.

27. Tarian yang dipentaskan itu adalah tari oleg, yang mengisahkan pertemuan sepasang kumbang di sebuah taman lalu kemudian saling bersukaan.

Perbaikan:
27a. Tarian yang dipentaskan itu adalah tari oleg, yang mengisahkan pertemuan sepasang kumbang di sebuah taman kemudian saling bersukaan.

27b. Tarian yang dipentaskan itu adalah tari oleg, yang mengisahkan pertemuan sepasang kumbang di sebuah taman lalu saling bersukaan.

28. Ini, mungkin, disebabkan karena ia juga sangat menyukai buku karya Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja.

Perbaikan:

28a. Ini, mungkin, karena ia juga sangat menyukai buku karya Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja.

Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa, menurut Tarigan (1988:86-87), dapat disebabkan oleh empat hal, yaitu 1) penyamarataan berlebihan, mencakup contoh-contoh dimana seorang menciptakan struktur yang menyimpang berdasarkan pengalamannya mengenai struktur-struktur lain dalam bahasa sasaran. Pada umumnya penyamarataan berlebihan melibatkan penciptaan suatu struktur yang menyimpang pada tempat dua struktur yang reguler, 2) ketidaktahuan akan pembatasan kaidah.

Ketidaktahuan kaidah dan pembatasannya menyebabkan penerapan kaidah terhadap konteks-konteks yang tidak menerima penerapan tersebut, 3) penerapan kaidah yang tidak sempurna, 4) salah menghipotesiskan konsep. Hal ini kadang-kadang berkaitan dengan gradiasi butir-butur pengajaran yang tidak selaras.

Menurut Corder (dalam Tarigan,1988:143) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa atau ”language errors” disebabkan oleh dua faktor, yaitu

(a) kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian, yang oleh Chomsky (1965) disebut faktor performansi, kesalahan performansi ini yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut ”mistakes”;

(b) kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa, yang disebut oleh Chomsky (1965) sebagai faktor kompetensi, merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 (bahasa kedua) disebut ”errors.

Memang, pembedaan antara kesalahan performansi (atau mistakes) dan kesalahan kompetensi (atau errors) ini sangat penting; akan tetapi, harus pula diakui bahwa kerap sekali sukar menentukan sifat atau hakikat sesuatu penyimpangan tanpa mengadakan analisis yang cermat. Untuk memberi kemudahan acuan pada penyimpangan-penyimpangan yang belum terklasifikasikan sebagai kesalahan performansi atau kesalahan kompetensi, maka diperlukan batasan istilah ”errors” untuk mengaju pada setiap penyimpangan yang berdasarkan kompetensi saja. Selanjutnya kita menggunakan ”errors” atau ”kesalahan” untuk mengacu pada setiap penyimpangan dari norma baku performansi tanpa mengindahkan atau memedulikan ciri-ciri atau penyebab penyimpangan tersebut (Dulay [et all] dalam (Tarigan 1988:153)).

Menurut Tarigan (1990:33-38) penyebab kesalahan berbahasa, yaitu:

(1) interlingual atau interfensi eksternal adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan interfensi bahasa itu;

(2) intralingual adalah kesalahan-kesalahan yang yang bukan merefleksikan struktur bahasa ibu tetapi kesalahan genaralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran;

(3) penyebab lain yang disebut oleh Tarigan antara lain ketidakcermatan dan kesalahan lain akibat pengajaran yang salah.

Tidak ada komentar: